Properti News – Peningkatan suku bunga, yang dapat memengaruhi harga properti, merupakan salah satu alasan mengapa pasar properti Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh single digit hingga akhir tahun 2024.
Bagaimana dengan industri asuransi properti? Ini berdampak pada penjualan properti secara langsung.
Bern Dwyanto, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), mengatakan bahwa karena kenaikan suku bunga membutuhkan penyesuaian premi, industri asuransi properti tidak langsung terkena dampak kenaikan suku bunga.
Baca Juga :Â Bos Properti Mengomentari Keputusan MK yang Mengakhiri Sengketa Pilpres 2024
Dikarenakan pertanggungan yang ada saat ini biasanya lebih dari satu tahun dan banyak yang masih berjalan, tidak akan berdampak pada pendapatan premi. Menurut Bern, Minggu (28/4), pasar properti telah menetapkan standar tarif.
Namun, ia memperkirakan bahwa pertumbuhan lini asuransi properti mungkin akan berkurang, tetapi masih cukup prospektif. Bern juga memperkirakan bahwa di tahun 2024, asuransi properti akan menjadi salah satu kontributor premi terbesar di asuransi umum setelah asuransi kredit dan asuransi kendaraan.
Berdasarkan data yang dimiliki AAUI, lini usaha asuransi properti masih mendominasi perolehan premi pada tahun 2023, mencapai Rp26,48 triliun—naik 1% dari Rp26,23 triliun pada tahun 2022.
Kondisi asuransi peroperti PT Asuransi Umum Mega (Mega Insurance) menunjukkan pertumbuhan positif di kuartal pertama tahun 2024.
Ini ditunjukkan oleh peningkatan pendapatan premi lebih dari 60% menjadi Rp 90 miliar pada kuartal pertama 2024, dan peningkatan 50% dalam klaim asuransi properti dengan nilai klaim 30 miliar pada periode yang sama.
Diang Edelina, Direktur Compliance Mega Insuramce, menyatakan bahwa bukan hanya premi dan klaim yang meningkat, tetapi kontribusinya kepada perusahaan juga meningkat 18%.
Diang menyatakan, “Kami memperluas segmentasi agen-agen dalam melakukan pemasaran produk asuransi properti.”
Diang menyatakan bahwa lini bisnis asuransi properti tidak terpengaruh secara signifikan oleh kenaikan suku bunga di level 6,25%.
Oleh karena itu, ia yakin segmen asuransi properti dapat menyumbang hingga 20 persen dari premi perusahaan hingga akhir tahun.
Diang menyatakan bahwa perusahaan tidak mengalami dampak negatif dari kenaikan suku bunga karena fokus pengembangan bisnis asuransi properti tidak terbatas pada saluran distribusi bank.
Pendapatan premi menunjukkan kinerja PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) yang baik.
Pendapatan premi asuransi properti meningkat 17,60% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 50,056 miliar, menurut direktur SMMA Felix. Lini asuransi ini akan menyumbang hingga 7% dari pendapatan premi total perusahaan di kuartal I 2024.
Namun, klaim turun hingga 63,53% pada kuartal pertama 2024, dengan nilai klaim asuransi properti menjadi 30,5 miliar.
Oleh karena itu, Felix yakin bahwa industri asuransi properti akan terus berkembang, terutama karena pemerintah akan meningkatkan biaya infrastruktur, terutama di IKN.
Baca Juga :Â Daftar Emiten Properti Berpotensi Terdampak Efek Pelemahan Rupiah
Felix melihat bahwa kenaikan suku bunga yang baru-baru ini dapat berdampak positif atau negatif karena sifat asuransi kerugian untuk memitagasi risiko.
Felix menyatakan bahwa kenaikan suku bunga dapat meningkatkan daya beli masyarakat sehingga masyarakat dapat menyisihkan uang yang tidak digunakan (menganggur) untuk membeli polis asuransi untuk mencegah kerugian yang mungkin terjadi di kemudian hari.
Selain itu, ia menyatakan bahwa kenaikan suku bunga yang relatif kecil, 25 bps, tidak berdampak langsung karena lembaga keuangan bank harus menentukan apakah akan menaikkan suku bunga pinjaman secara langsung. Menurutnya, selama ekonomi real terus berkembang, asuransi juga akan tumbuh. (red/tp)
[…] 30 April 2024 […]